Kamis, 09 Juli 2015

Teman Suamiku Yang Perkasa

Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku.
Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.
Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang.
Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar.
Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.
Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta.
Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.
Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.
Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.
“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.
Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.
Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.
“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.
“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.
Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.
Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.
Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, “Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.
Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.
Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak.
Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.
Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.
Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.
Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.
Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama “Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan. “Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya.
Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.
Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram lebih kencang..**** me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni.
Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.
Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini.
Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali

Senin, 06 Juli 2015

Hadiah Seks Dari Suami Yang Sangat Berkesan

Kisah Mesum Dunia Maya
Perkenalkan namaku Lia, aku berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum berniat memiliki anak karena masih berkonsentrasi dengan karier dan pendidikanku. Aku bekerja pada salah satu bank swasta ternama di Jakarta. Menurut teman-temanku aku dikaruniakan bentuk tubuh yang seksi, mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda.

Sebenarnya belum terlalu lama aku berhubungan dengan situs kisahmesum ini, kurang lebih baru sekitar 3 bulan yang lalu, itu juga karena diperkenalkan oleh suamiku. Oleh karena itu aku mau kirim pengalaman pribadiku ini, supaya fair kali ya, selama ini kan aku hanya membaca kisah dari orang lain, sekarang gantian aku mau bercerita.

Aku dan suamiku baru menikah sekitar 8 bulan, bagiku suamiku adalah guru sex ku yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi gairah nya yang begitu tinggi. Sebelum menikah mungkin aku adalah gadis yang lugu, sex adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan nikmatnya sex, aku begitu merindukan nya setiap waktu.

Suamiku seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, dari aku yang lugu menjadi aku yang liar dan haus sex dibuatnya. Terkadang dalam bersetubuh kami menggunakan alat bantu, kami mempunyai beberapa alat bantu seperti butterfly, kondom sambung dan vibrator. Dari semua alat bantu tersebut semuanya memberikan kenikmatan yang berbeda-beda, tetapi favorit ku adalah vibrator.

Wah sambil menulis ini aku jadi membayangkan kontol silikon itu maju mundur didalam vaginaku. Kelebihan dari vibrator itu selain bisa maju mundur secara otomatis tetapi juga dapat memberikan sensasi luar biasa menjelang aku orgasme karena sambil maju mundur vibrator itu dapat di setel bergetar. Bagi para istri coba deh, apalagi sekarang alat bantu sex mudah sekali diperoleh. Terkadang kalau lagi “on” aku juga suka masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku bermasturbasi. Sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi kepadaku, dan dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi didepan dia, malah katanya aku sangat seksi dan merangsang, kalau sudah begitu masturbasiku pasti berganti dengan persetubuhan yang liar dan panas.

Selain menggunakan alat bantu, kami juga suka bersetubuh ditempat tempat yang tidak lazim, bosan kalu ditempat tidur terus kata suamiku. Kami pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana tingkat ketahuan sama orang lainnya sangat tinggi. Seru sekali nikmat sambil degdegan. Selain itu kami pernah bersetubuh diatas balkon sebuah apartemen terkemuka di Jakarta, kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana jadinya, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh dikolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan, ternyata enak lo bersetubuh didalam air, sensasi nya sungguh luar biasa.

Sebenarnya bukan itu yang mau aku ceritakan. Aku mau bercerita tentang hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat pada usiaku yang ke-28. Pada waktu itu kami sepakat merayakan disebuah hotel, hanya aku dan suamiku. Hotelnya ada di kawasan Slipi, kami menyewa salah satu kamar yang ada dilantai 21. Memang dari rumah aku sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan diberikan oleh suamiku, tetapi aku tidak menduga betapa luar-biasanya kejutan tersebut.

Saat makan malam suamiku memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.
“Selamat ulang tahun Sayang”.
Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas diranjang suamiku sangat romantis.
“Sini aku pakaikan” kata suamiku seraya memakaikan kalung tersebut.
“Terima kasih ya Mas” kataku.
“Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya” katanya.
“Apaan tuh Mas, jangan main rahasia-rahasiaan dong” kataku lagi.
“Sekarang kita selesaikan makam malamnya nanti hadiah utamanya diberikannya di dalam kamar” katanya genit.

Rasanya aku tahu apa hadiah utamanya kataku dalam hati, pasti dia memberikan sex toys baru lagi. Tak lama kami menyelesaikan makan malam kami, setelah berjalanjalan sebentar melihatlihat pemandangan di lobby, suamiku mengajakku kembali ke kamar.
“Mau lihat hadiah utamanya nggak?” katanya, aku hanya tersenyum.
“Bikin penasaran orang aja” kataku.
“Aku kan mau memberikan sesuatu yang beda, Sayang” katanya lagi.
Tak lama sampailah kami di kamar. Suamiku menyalakan TV dan aku masih bertanyatanya dalam hati mengenai kejutan dari suamiku.
“Siap untuk kejutannya, Sayang” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.
Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan. Kamipun mulai berciuman, ternyata ini toh kejutannya kataku, tetapi masa cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan.

Saat aku sedang terbuai ketika payudaraku dicumbu oleh suamiku, bel kamar berbunyi kembali, suamiku memintaku untuk membuka pintu.
“Selamat malam, Mbak’ apakah ini kamar Pak Indra?” seorang pemuda bertanya kepadaku.
“O iya benar, ayo masuk. Pak Indranya ada kok di dalam” dalam hati aku mengomel kok datang di saat yang nggak tepat sih, orang lagi mau asik diganggu.
“Halo Ivan, ayo silakan duduk jangan sungkan, perkenalkan ini Lia istri saya”.
“Ivan”, kata pemuda tersebut sambil menyodorkan tangannya.
“Lia”, kataku singkat.
“Bawa pesanan saya Van?”, tanya suamiku.
“Bawa Mas”, katanya sambil menyerahkan sesuatu kepada suami saya.
Rupanya sebotol champagne.

“Hari ini Mbak Lia ulang tahun Van, kita harus memberikan hadiah yang khusus, sekarang tolong persiapkan dong”, kata suamiku meminta si Ivan menyiapkan minuman tersebut.
“Baik Mas” kata Ivan sambil tersenyum.
Tak lama Ivan datang dengan 3 gelas champagne.
“Mari kita bersulang”, kata suamiku sambil membagikan gelas.
“Demi kebahagiaan kamu, Sayang” kata suamiku lagi.
Kami menghabiskan isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang bebagai hal, dari politik sampai ke lelucon porno, tetapi ketika ngobrol aku kok merasa begitu horny, aku terangsang sekali.

Nafasku turun naik seolaholah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku menggeser pantatku dari tempat tidur. Sedikit gesekan pada vagina saja memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa, aku tak tahan lagi tetapi aku masih sadar karena aku melihat masih ada Ivan di situ.

“Mas”, kataku lirih sambil menahan gejolak birahi, maksudku agar menyuruh Ivan pulang dan kami dapat melanjutkan pertempuran yang tertunda.
Tapi suamiku malah berkata, “Siap buat hadiahnya Sayang?”.
Tangan suamiku meremas perlahan payudaraku dan bibirnya melumat bibirku. Sekarang aku sudah lupa diri, setiap remasan pada payudaraku membuat aku tidak peduli lagi bahwa ada orang lain dikamarku. Satu demi satu kancing bajuku terlepas.

Suamiku terus mencumbuku, karena sudah tidak tahan aku juga merespon rangsangan suamiku, malam itu setiap sentuhan maupun remasan rasanya lebih nikmat satu juta kali dibading biasanya. Aku telanjang bulat sekarang, aku terus merasakan nikmatnya remasan di payudaraku, suamiku meminta aku telentang kemudian dia membuka kedua pahaku dan menjilati seluruh kemaluanku.
“Aaaccrhh..”, aku menggelinjang nikmat.
Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya mengerti sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku dan memilin putingku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali suamiku malam ini, lebih hebat dari biasanya.

Dari vagina sekarang dia menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku hanya bisa terpejam nikmat. Antara sadar atau tidak sadar aku merasa saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka mataku bukannya suamiku yang ada didepanku tetapi si Ivan yang sudah telanjang bulat juga, aku terkejut, aku mau marah tetapi tidak bisa, kenikmatandemi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan segalanya. Kulihat suamiku duduk di kursi di samping ranjang sambil menguruturut kontolnya.
“Mas, kamu..”, kataku tak sanggup meneruskan katakataku karena menahan nikmat.
“Nikmati saja hadiahnya Mas”, katanya.

Akupun melihat diapun sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu sedemikian rupa. Akupun memutuskan untuk menikmati saja malam ini karena aku tidak dapat berhenti lagi dan sudah terlanjur. Ivan memintaku untuk berjongkok, kemudian mengarahkan kontolnya kemukaku, aku mengerti dengan segera saja kusambar dan kumasukan kedalam mulutku, kuhisap dan kunikmati sedemikian rupa. Ivan menggelinjang sedemikian rupa, menahan nikmat.
“Teruus Mbak Lia, teruuss..”, katanya meracau.

Kontol Ivan ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya dan kepalanya lebih besar. Kalau ditaksir umurnya mungkin baru sekitar 1819 tahun. Sambil terus meng-oral kontolnya si Ivan aku merasa payudaraku ada yang meremas dari belakang, ternyata adalah suamiku. Aku tambah tidak karuan saja menahan serangan nikmat dari dua lakilaki.
“Masukan sekarang Van, masukan sekarang..”, pintaku.
Dengan lembut Ivan memasukan kontolnya ke dalam vaginaku, setiap pergerakan mili demi mili dari kontol Ivan memberikan sensasi yang tidak tertahankan. Ivan terus memompa kontolnya didalam vaginaku, sementara itu suamiku mengarahkan kontolnya ke dalam mulutku, jadilah vagina dan mulutku dientot oleh dua lakilaki. Hanya sekitar 5 menit aku diperlakukan demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.
“Aku mau sampai”, kataku dengan mulut masih penuh oleh kontol suamiku.
Akhirnya, “Aaarrcchh ..”, Aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya.

Setelah itu kami masih terus mencoba gaya ini dan itu karena kedua lakilaki ini mempunyai keperkasaan yang luar biasa di ranjang, baru setelah orgasmeku yang keempat suamiku memuntahkan spermanya didalalam vaginaku dan tak lama Ivan memuntahkan spermanya juga didalam vaginaku. Setelah itu kami pun tertidur kelelahan. Saat aku tidur terasa ada yang menciumku.

“Selamat pagi Sayang, gimana hadiahnya semalam?”, ternyata suamiku membangunkanku.
“Mas kok tega sih, aku kan istrimu, kok rela sih istrinya ditiduri orang”, kataku.
“Kamu menikmatinya nggak?”, dia balik bertanya.
Jujur dalam hati belum pernah aku mendapatkan kenikmatan sedemikian rupa, satu kontol aja sudah enak apalagi dua. Aku hanya terdiam.
“Ya sudah kalau kamu marah aku minta maaf”, kata suamiku.
“Mas, aku kok bisa terangsang banget sih semalam, memangnya yang diminum apa sih?”, tanyaku.
“Cuma segelas champagne kok, tetapi di gelas kamu ditambah dengan beberapa tetes spanish fly”, katanya sambil tersenyum.

Pantas, umpatku dalam hati, aku begitu terangsang, mungkin kalau dalam kondisi normal aku belum tentu mau ber threesome ria seperti semalam. Kulihat Ivan masih tertidur pulas.
“Ivan itu siapa sih” tanyaku pada suamiku.
“O.. dia gigolo, aku menyewanya untuk kamu, tenang, dia bersih kok”, jawab suamiku.
Pantas goyangan dan pompaannya begitu professional.
“Tapi kamu puas kan sama hadiahnya?”, tanya suamiku lagi.

Aku hanya tersenyum, aku nggak mau munafik semalam aku sangat menikmatinya dan mungkin suatu saat rindu untuk mengulanginya lagi. Jujur aku merasa menjadi wanita sejati semalam.
“Ya sudah kalau kamu menikmatinya, aku ke bawah dulu mau cari rokok, ini sisa pembayaran buat si Ivan, nanti serahkan saja ke dia”, kata suamiku sambil pergi meninggalkan kamar.

Di dalam kamar aku termenung mengingat kejadian semalam, sungguh luar biasa, sungguh fantastis. Tibatiba mataku tertuju kepada Ivan dalam hati aku memuji ganteng juga, badannya sangat atletis. Dalam hatiku terbersit keinginan untuk menikmati Ivan saat suamiku tidak ada, bukankah nggak masalah kalaupun suamiku sampai tahu, bukankah semalam si Ivan juga sudah menikmati vaginaku di depan suamiku.

Untuk memuaskan penasaranku bagaimana bersetubuh dengan gigolo maka dengan lembut aku membangunkan si Ivan dengan cara menghisap kontolnya yang masih kecil, perlahanlahan kontol itupun menjadi besar, gagah, berotot dan menjulang. Ivan terbangun, aku minta dipuaskan Ivan dengan cara gigolo yang paling profesional, kami mengulanginya dua kali ditempat tidur dan dikamar mandi, kami mandi bersama. Sekali lagi aku sangat puas. (nggak usah dibahas mengenai gayanya ya.. karena sama seperti cerita yang lain ya begitubegitu juga, yang berbeda cuma nikmatnya aja)

Sampai saat ini aku masih terkenang dengan kejadian itu, tetapi aku tidak pernah lagi berhubungan seks dengan lelaki lain, biar bagaimanapun bagi wanita seks harus didukung dengan cinta, yang aku lakukan dulu juga karena aku mencintai suamiku. Tetapi kalau di kemudian hari suamiku mengajakku ber-threesome lagi, tentu saja aku tidak keberatan. Malahan sekarang terlintas di benakku bagaimana jika melakukan foursome atau gangbang sekalian. Walau begitu kenangan tersebut akan kupakai untuk berfantasi saat bersetubuh dengan suamiku ataupun bermasturbasi.

Demikian kisahku, mohon komentarnya, mohon maaf kalau tulisannya nggak begitu bagus buat dibaca, habis ini tulisan pertamaku sih. Kalau ada komentar silakan hubungi aku, aku nggak membatasi lakilaki atau perempuan, boleh kok semuanya menghubungiku. (terutama buat perempuan yang sudah jenuh sama permainan seksnya selama ini, mari kita sharing, aku punya beberapa tips yang ingin kubagikan).

Rabu, 01 Juli 2015

Suami Adik ku

Kisah Mesum Dunia Maya

Pernikahanku dengan Anggoro memang baru seumur jagung, namun karena aku menikah bukan berdasarkan cinta maka pernikahan tersebut terasa semu dan sangat membosankan.

Aku mau menikahi Anggoro karena umurku sudah 35 tahun dan belum menikah. Sebenarnya aku punya banyak pacar namun entah mengapa tak seorangpun dari pacar-pacarku ingin menikahiku. Mereka hanya menginginkan pacaran semata bahkan ada yang sekedar hts-an saja. Itu lho, hubungan tanpa status.

Menurut banyak pria, aku tergolong perempuan cantik dan menarik, mudah bagiku memikat laki-laki. Kalau dijumlah mungkin lebih dari tiga puluh orang pacarku. Itupun yang aku ingat. Entah berapa belas lagi yang tak kuingat.

Anggoro, pernah menikah namun istrinya meninggal tanpa membuahkan anak. Setelah kenalan selama tiga bulan Anggoro meminangku. Kuterima pinangannya karena aku tak ingin dianggap perawan tua, tak laku kawin.

Karena perkenalan yang singkat dan langsung menikah, maka kami belum sempat membentuk komitmen-komitmen dalam rumah tangga. Banyak hal menjadi dasar keributan di kemudian hari.

Seperti contoh, aku tak diberi uang belanja karena Anggoro yang sendiri pergi ke supermarket membeli seluruh keperluan rumah tangga. Alasannya dia yang sudah belanja, jadi buat apa lagi aku pegang uang.

Contoh yang lebih ekstrim, Anggoro tak memperbolehkan aku mencopot foto-foto istri pertamanya yang tertempel didinding rumah, padahal sekarang dia hidup denganku. Setiap tamu yang datang selalu menanyakan foto besar berukuran satu meter yang terpampang di dinding ruang tamu mengabadikan gambar dua orang, yaitu Anggoro dan istri pertamanya. Dia tak memperbolehkanku memasang foto pernikahan kami. Lha aku ini dianggap apa?

Karena Anggoro anak pertama, maka adik-adiknya kerap mampir bertandang ke rumah kami. Salah satu adik Anggoro yang bernama Bimo adalah seorang pria berperawakan sedang, berperut sediikit buncit namun mempunyai penghasilan yang mapan.

Awalnya, ada pernikahan saudara di Lampung yang harus kami hadiri, mendadak Anggoro membatalkan kepergiannya. Dia titip kepada Bimo agar membawaku serta ke acara pernikahan tersebut.

Sebagai adik, tentu saja Bimo mengiyakan perintah kakaknya. Maka malam itu Bimo menjemputku ke rumah dan kami berkendara mobil menuju Lampung.  Setiba di pelabuhan merak Bimo masuk angin dan muntah-muntah.

Setelah memberinya minyak angin dan obat kami meneruskan perjalanan tersebut. Di jalan Bimo kembali muntah-muntah dan suhu tubuhnya meningkat. Tanpa persetujuan Bimo aku langsung berbelok di sebuah penginapan kecil guna beristirahat. Apalagi Bimo nampak semakin sakit.

Aku memesan sebuah kamar karena berniat untuk mengerok badan Bimo. Tak apa-apalah pikirku. Toh aku hanya ingin istirahat sebentar sambil menunggu Bimo tidur agar kesehatannya bisa segera pulih.

Disaat aku mulai mengerok punggung Bimo dengan uang koin yang dioles balsem, mendadak  Bimo membalikkan badan dan menangkap tanganku. Kemudian bangun sesaat dan langsung meraihku. Tentu saja aku menolak karena aku teringat bahwa Bimo adalah adik suamiku.

Namun penolakanku kurang keras karena saat bibir Bimo telah mencapai bibirku, aku malah terhanyut dan membalas ciuman tersebut dengan hangat. Kami berguling-guling di dipan kayu tersebut dan secara bersamaan melucuti pakaian kami masing-masing.  Lalu Bimo dan aku bersetubuh.

Perjalanan ke Lampung kami teruskan, namun perjalanan tersebut kini lebih indah karena sepanjang jalan kami berpegang tangan, saling mengecup, dan sesekali  menepikan mobil untuk berpelukan. Malah beberapa kali Bimo kugoda dengan menyentuh tempat sensitifnya. Bimo teriak minta tambah.

Perselingkuhanku dengan Bimo berlanjut, setiap minggu kami membuat janji temu di sebuah hotel untuk melampiaskan hasrat panas kami. Bimo juga memberi uang dan perhisan-perhiasan untukku.

Setiap malam Bimo mengirimiku pesan pendek yang berisi curahan cintanya untukku, bahkan sesekali kami melakukan sex lewat telephone, apalagi jika Anggoro sedang pergi.

Hingga pagi itu, mendadak Anggoro membuka pintu kamar mandi sambil membawa telpon selulerku. “Perempuan bajingan, main gila kau dengan adik kandungku,” teriak Anggoro disertai tamparan yang membabi buta. Aku tak siap dengan jawaban apapun.

Anggoro sedang membacakan pesan singkat dari Bimo di telepon selulerku yang berbunyi “sayang, aku menikmati permainan seksmu tadi siang, hati-hati dengan cupang di payudaramu”.

Untuk membuktikan pesan singkat tersebut maka Anggoro membuka paksa pintu kamar mandi dan dibuktikanlah bekas kecupan Bimo yang meninggalkan warna merah di payudaraku.  Saat itu juga aku ingin bumi terbelah dan menelanku bulat-bulat.

Anggoro mengusirku dari rumah, aku bersimpuh memohon ampun sekaligus mohon dicerai saja, namum Anggoro menendangku keras hingga aku terguling di lantai. Bimo juga mohon ampun kepada kakak kandungnya sekaligus memohonkan ampun bagiku juga.

“Aku ampuni dan maafkan kalian, namun aku tak akan menceraikanmu hingga aku mati, jika Bimo ingin menikahimu tunggu hingga kematianku tiba,” ungkapnya terbata-bata.

Kini aku tetap hidup bersama Anggoro, namun sejak kejadian itu aku tak disentuhnya. Dia juga tak memberiku ijin untuk keluar rumah.

Pekerjaanku hanya memasak, menyapu, membersihkan rumah dan nonton televisi. Sudah dua tahun ini aku tak membeli baju baru karena Anggoro tak pernah memberi uang.  Aku diperlakukan bagai babu tak bergaji di rumahku sendiri. Bimo? entah kemana

Kategori

Hadiah-Seks-Dari-Suami-Yang-Sangat-Berkesan
Kakak Adik Gagal ML Bareng Pacarnya Masing-Masing
Bercinta Bersama Mahasiswi Cantik, Anak Didik Ibuku
Pengalaman Seks Sebagai Hadiah Dari Suami Yang Sangat Berkesan
Mengintip Sepasang Muda Mudi Mesum di Kamar Sebelah
                                                                                                                                   Berikutnya »









Selasa, 30 Juni 2015

Suami Tetangga

Diposkan oleh  Label: Suami Tetangga 

Untuk kesekian kali nya mas herry tidak berdaya di hadapan ku, namun harus kuterima keadaan ini, di saat aku harus membahagiakan suamiku. 
“Ah, Lin, goyanganmu semakin lincah aja… oughh…” mas Herry menindihku dan memelukku erat sekali. Nampak kalau dia benar-benar menikmati goyanganku.
“Ough… oouuhh…” aku mendesah dalam pelukannya.
“Croop… croop… croop…” begitulah suara kelaminku yang beradu dengan kelamin mas Herry.
“Aghh… Lin… agghhh…” kini mas Herry semakin cepat menggoyang pinggulnya, menghujamkan kemaluannya ke liang kelaminku. Akupun merasa nikmat saat kelamin mas Herry bergerak di dalam liang kelaminku. Kuimbangi gerakannya dengan ikut bergoyang memutar-mutar pinggulku, membuat suamiku itu semakin mendesah keenakan.
“Ahhh… wuuaaaahhh…” tiba-tiba goyangan mas Herry menjadi semakin cepat, nafasnya semakin berat, pertanda dia akan mengalami orgasme sebentar lagi.
“Oh, jangan dulu!” ucapku dalam hati, aku masih ingin menikmati permainan ini sedikit lebih lama. Tetapi terlambat, mas Herry nampaknya sudah tak tahan lagi. Orgasmenya pun tiba.
“Ahhh… ahh… ahh…” sekitar 3-4 kali kelaminnya menyemprotkan cairan sperma di dalam bibir rahimku. Rasanya hangat dan geli.
Setelah mencabut kelaminnya, tubuh mas Herry terkulai lemas di sampingku. Nampak dari sinar wajahnya, dia mengalami orgasme yang luar biasa. Sementara aku, rasanya masih setengah jalan, tubuhku masih ingin lagi. Namun untuk menyenangkan suamiku, aku harus tetap tersenyum. Dan mengatakan padanya bahwa permainan kami tadi sungguh luar biasa.
Tanpa membersihkan kelaminnya terlebih dahulu, mas Herry langsung tertidur.Rupanya dia benar-benar kecapekan setelah menggenjot tubuhku tadi. Aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Siraman air dingin di bibir kelaminku membuat birahiku yang belum turun sepenuhnya meninggi lagi. Perlahan kusentuh sendiri kelaminku. Aku memang belum selesai, aku belum puas. Tetapi niat untuk memuaskan diriku sendiri kuurungkan. 
“Untuk apa aku melakukan itu?” tanyaku dalam hati. Toh nanti aku bisa terpuaskan.Yah, besok pagi mas Herry akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Itu tandanya selama beberapa hari kepergiannya, aku akan mendapatkan kenikmatan bercinta yang sebenarnya. Dengan orang lain. Dengan Andi. Tetangga sebelah rumah…
***
“Aaahh… ouughh… aaahh…” aku seperti orang yang kesetanan, saat kelaminku bergoyang-goyang di atas kemaluan Andi. Kugerakkan pinggulku naik turun, mengocok-ngocok kemaluannya yang sedang tegak dengan sempurna itu.
“Oouugghhh… aahh…” aku makin kegelian saat Andi memainkan puting payudaraku. Oh, rasanya nikmat sekali, dan perasaan geli ini semakin menjadi-jadi ketika goyangan tubuhku di atas tubuhnya makin kupercepat.
“Aaaahhh… hhsssss… eggghh…” dan meledaklah orgasmeku, entah untuk yang keberapa kalinya, aku tak mampu lagi mengingatnya. Yang aku tahu hanyalah kenikmatan yang luar biasa, yang tidak kudapatkan saat aku melakukannya dengan suamiku sendiri.
Mungkin aku sudah menjadi wanita binal, mendapatkan kepuasan bercinta dari lelaki yang bukan suamiku. Dan parahnya lagi, lelaki itu adalah suami orang. Namun aku tak perduli, semenjak Andi ’memperkosaku’ aku menjadi ketagihan bencinta dengannya. Aku ketagihan genjotan kelaminnya pada tubuhku. 
Aku terkulai lemas di atas tubuh pemuda itu. Kelaminnya yang lebih besar dari milik suamiku, masih menancap di dalam kelaminku dan aku yakin basah oleh cairan kenikmatannku. Lalu diangkatnya tubuhku, dan dia bersiap untuk menyelesaikan permainan ini. Aku hanya bisa pasrah saat disuruhnya aku untuk menungging membelakanginya. Kuangkat pantatku tinggi-tinggi, sehingga aku yakin kemaluanku dapat terlihat jelas olehnya, basah dan terbuka.
“Eeeehhh… ooohhh…” aku mengerang keenakan saat kemaluannya yang besar perlahan mulai masuk menembus kemaluanku. Tak banyak bicara lagi, Andi langsung menggenjotku dengan cepat dan keras, dari belakang.
“Ooohh… ooohh… ooohh…”
“Hhhmmpphh… hhmmmpp…”
Suara desahan kami bersahut-sahutan, diiringi suara kelamin kami yang saling beradu, berpacu menuju kenikmatan bercinta. Posisi ini sama enaknya dengan posisi aku di atas. Ah, tidak aku salah, semua posisi yang kulakukan dengan Andi selalu dapat membawaku menuju puncak kenikmatan.
“Plaaakk!“ Andi memukul pantatku, dan rasanya pukulan itu makin membuat birahiku makin meninggi.
“Aahh… Lin, makin lama kamu makin liar, hehehe…” godanya sambil meremas payudaraku kuat-kuat.
“Huuh, massss… aaahhh…” aku sudah tidak peduli lagi siapa aku ini, aku hanya ingin meraih kenikmatan. Aku sudah kecanduan sodokan kelaminnya yang besar dan panjang itu.
“Creep… creeep… croopp…” bunyi sodokan batang kemaluannya, makin membuatku bergairah.
“Aaaahhhh…” tak sadar, aku menjerit saat orgasmeku datang lagi. Kuremas kain seprai kasurku, rasanya nikmat sekali. Otot-ototku menegang, wajahku semakin sayu mendapatkan kenikmatan yang bertubi-tubi ini.
“Hhmmpphh… hmmpphh…” desah Andi yang rupanya mengetahui aku orgasme, namun malah makin mempercepat goyangannya pada tubuhku dan makin membuat aku kesetanan.
Selama hampir 5 menit dia menyetubuhiku dengan posisi doggie ini, sudah 2 kali aku merasakan orgasme. Kalau digabung dengan keseluruhan dari awal kami bercinta sejak pagi ini, entah sudah berapa kali orgasme yang kudapatkan. Sungguh snagat luar biasa.
“Hhhmmpphh… hhmmmpphh…” nafas Andi terdengar semakin berat seiring dengan tekanan goyangannya pada tubuhku, kini kedua tangannya mencengkeram erat pinggulku. Kurasakan kemaluannya seperti makin membesar, tanda dia akan mengalami orgasmenya. Kuakui, permainan Andi sungguh luar biasa. Gara-gara Andi pulalah, aku jadi ketagihan bercinta. Entah aku harus menyesal atau malah bersyukur karena dulu dia nekat ’memperkosaku’. 
“Aaaaggghhhh… ooouugghhh… aaahhh…” Andi orgasme dengan hebatnya, sekitar lima kali kelaminnya menyemprotkan sperma di dalam lubang kemaluanku. Sepertinya sudah lama batang kelamin itu tidak mengalami orgasme sehingga cadangan spermanya begitu penuh. Wajar karena selama hampir seminggu ini, Novi, istrinya, pergi ke luar kota, sementara suamiku berada di rumah. Namun anehnya, aku merasa senang karena sperma yang tersimpan selama seminggu itu tumpah dalam liang kemaluanku.
“Hoosshhh… hoshh… ahh, enak banget, Lin.” Andi berusaha mengatur nafasnya. Lalu setelah mencabut kelaminnya, dia berbaring di kasur. Aku tanpa disuruh lagi, dengan sigap segera menjilati batang kemaluannya yang mulai melemas. Memang sudah menjadi kebiasaan setelah Andi orgasme, aku menjilati kelaminnya, membersihkan sisa-sisa cairannya dengan lidahku. Dan anehnya, aku tidak merasa jijik sedikitpun, malah aku menikmatinya. Ah, Andi benar-benar telah merubahku menjadi wanita yang binal. Namun sekali lagi, aku tidak perduli dan menikmatinya.
***
Seharian itu Andi benar-benar melepaskan nafsu birahinya atas tubuhku. Walaupun aku jarang berbicara dengannya, tetapi aku selalu menurut apa yang ia perintahkan. Aku benar-benar menjadi budak seksnya. Tapi entah kenapa, aku menikmatinya. Seharian itu kami seperti pasangan mesum yang tiap waktunya hanya kami isi dengan berhubungan badan melepaskan hasrat birahi kami berdua.
Hingga malam tiba, setelah menghabiskan makan malam dan menghisap satu batang rokok, Andi mengajakku masuk lagi ke kamar. Lalu dia duduk dengan posisi kedua kakinya lurus di atas kasur dan memintaku untuk mulai menghisap batang kemaluannya. Aku benar-benar seperti budak nafsunya. Tanpa berkata apapun, mulai kujilat dan kuhisap-hisap kelaminnya.
“Besok siang istriku pulang.” ujar Andi sambil membelai-belai kepalaku. Aku yang masih sibuk menjilat batang miliknya hanya terdiam. Namun dalam hati aku yakin bahwa malam ini Andi akan habis-habisan menyetubuhiku. Entah mengapa, aku sedikit kecewa mengetahui bahwa besok Novi akan pulang. Tapi aku hanya diam saja.
“Kamu udah makin pinter ngisep sekarang, Lina… enak kan kontolku?“ tanyanya sambil meremas gundukan payudaraku. Aku hanya mengangguk pelan. Perlahan batang miliknya mulai mengeras dan menegang.
Tiba-tiba diangkatnya daguku. Lalu dipandangnya wajahku dalam-dalam. “Lin, udah sekian bulan aku ngentotin kamu, kamu ngerasa enak gak?“ tanyanya lagi. aku hanya menjawab dengan anggukan kecil. Sementara tangannya masih menahan daguku.
“Tapi aku gak suka kalo kamu diem aja. Kenapa, takut ya sama aku?“ aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya, tangan Andi masih terus menahan daguku.
“Aku gak pernah kasar sama kamu kan, Lin? Ayo dong, jangan diem aja. Aku jadi gak enak rasanya setiap ngentot sama kamu, kamunya diem aja kayak orang ketakutan.”
“Iya, mas, aku gak apa-apa kok.” kali ini kujawab. Lalu andi mengangkat tubuhku dan duduk menjajariku. Dia menciumi pipiku denga lembut, terus menjilati leher dan telingaku. Sementara tangannya meremas-remas dan memainkan payudaraku. Jari-jarinya memelintir puting buah dadaku dengan lincahnya. Oh, segera saja birahiku muncul kembali. Harus aku akui, Andi sangat pandai membangkitkan hasrat seksualku. Semenjak bercinta dengannya, aku baru menyadari ternyata diriku menyimpan hasrat seksual yang begitu besar. Andi berhasil mengobrak-abrik pertahananku.
Cumbuannya kali ini semakin liar, remasan tangannya pada payudaraku terasa semakin kuat. Hal itu membuat birahiku semakin meninggi. Mataku jadi sayu dan nafasku menjadi semakin berat. Entah kenapa aku selalu pasrah pada cumbuannya. Kini dia berada tepat di belakangku, punggungku disandarkan pada dadanya, dengan kedua tangannya terus bermain-main di bulatan putingku.
“Lin, aku mau tanya sesuatu sama kamu, jawab yah…” bisik Andi.
“Iya, mas…” aku menjawab lirih.
Tiba-tiba tanganku diarahkan pada batang kemaluannya. “Apa ini namanya, Lin?“
“Eeh…?!“ pertanyaannya mengagetkanku.
“Ayo jawab, sayang. Masa udah ngerasain enaknya, tapi gak tahu namanya?“ tanyanya lembut di telingaku sambil tanganku dituntunnya untuk mengocok batang kemaluannya.
“Eehh… anu, mas…” aku merasa malu untuk mengatakannya, aku tidak tahu apa maksudnya.
“Ini namanya kontol, sayang. Coba kamu bilang, KONTOL!!”
“Eh, mas…” aku ragu-ragu dan malu untuk mengatakan itu, karena terus terang, seumur-umur aku belum pernah mengucapkan itu.
“Ayo, sayang, gak usah malu sama aku. Ayo bilang, K-O-N-T-O-L!!!”
“Ah, k-kon…t-tol!!!” akhirnya kuucapkan juga kata itu.
“Enak gak kontol aku, sayang? Kalo enak, bilang dong.” pintanya.
Aku makin tidak mengerti apa mau Andi, namun cumbuannya yang tak berhenti membuatku tak sanggup berpikir lagi. “Iya, enak, mas…” jawabku pada akhirnya.
“Apanya yang enak? Yang lengkap dong kalo jawab!”
“K-kontol mas Andi, e-enak.” aku merasa sangat nakal sekali mengucapkan kalimat itu, dan aku tak tahu apa maksud Andi menyuruhku mengatakan itu. Namun anehnya, setelah aku mengucapkan kalimat itu, birahiku justru semakin meninggi.
Kini tanganku dituntunnya ke arah lubang kelaminku sendiri. Lalu ditahannya disana. Andi menggunakan tanganku untuk mengelus-elus kelentitku dan bibir kemaluanku sendiri.
“Memek kamu juga enak, Lin. Itulah sebabnya kenapa dulu aku nekat, aku selalu ngaceng kalau lihat kamu. Dan memang benar, memekmu ternyata nikmat dan gurih.“ katanya.
Aku hanya terdiam mendengarnya, aku lebih berkonsentrasi merasakan sensasi usapan di kelentitku.
“Kamu suka gak kalo memekmu dientot sama kontolku?” tanya Andi lagi.
“He-eh,” aku hanya mengangguk pelan.
“Bilang dong kalo suka. Bilang kalo memek kamu suka kalo dientot sama kontol aku!!”
Aku benar-benar tak mengerti apa mau Andi, tapi aku turuti saja kemauannya. “Iya, mas. Memekku suka banget kalo dientot sama kontol mas.” aku sendiri tak percaya aku bisa mengucapkan kalimat senakal itu dari bibirku. Namun sama seperti tadi, setelah mengucapkannya, rasanya hasratku menjadi semakin tinggi. Aku merasa tidak tahan lagi. Oh, aku sudah benar-benar menjadi wanita binal.
“Hehehe… gitu donk, sayang. Kamu udah gak tahan ya pengen dientot sekarang?” goda Andi tepat sasaran.
“He-em.” aku hanya mengguman pelan sambil menganggukkan kepala.
“Kok he-em doang? Bilang yang jelas dong, kalo memek kamu sudah gak tahan pengen dientot sama kontolku…”
“Ehh… iya, mas. Entot memek Lina sekarang, mas. Lina pengen dientot sekarang pake kontol mas.” aku sendiri terkejut bisa mengucapkan kalimat itu, tapi aku tidak perduli, karena rasanya semakin nakal dan semakil binal aku berkata, semakin tinggi pula birahi melanda tubuhku.
“Aaaahhh… masss…” aku terkejut saat tiba-tiba Andi mendorong jari tengah dan jari telunjukku masuk ke dalam kelaminku sendiri yang sudah basah. Lalu tangannya menuntun jari-jariku tersebut untuk mengocok kelaminku sendiri, mengocok lubang memekku!
“Enak, sayang? Ayo bilang terus kalo kamu suka banget ngentot sama aku. Ayo!!”
Aah, sepertinya aku semakin menjadi, nikmat dan sensasi baru yang luar biasa melanda tubuh mulusku. Tangan Andi semakin cepat menuntun jariku untuk mengocok memekku. “Iya, mas… Lina gak tahan pengen dientot sama kontol mas!” sensasi ini semakin meninggi setiap kali aku selesai mengucapkan kalimat-kalimat nakal tersebut.
“Entot Lina sekarang, mas. Lina udah gak tahan. Aahhh…” aku makin berani sekarang, dan aku sudah tidak peduli lagi, toh aku sudah menjadi budak seks Andi.
“Mas, Lina pengen digenjot tiap hari sama kontol mas yang gede itu…” entah siapa yang mengajari aku mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi tiap kali aku mengucapkannya, aku menjadi semakin nikmat. Lalu kurasakan tubuhku mengejang, nafasku semakin berat, yah kurasakan sebentar lagi orgasmeku akan segera tiba. Kini tanpa dituntun lagi oleh tangan Andi, jari-jariku sudah semakin cepat mengocok lubang memekku sendiri.
“Aaaahhh… auuuhhhh… maassss… oouughhh…” dan meledaklah orgasmeku.Rasanya benar-benar nikmat, aku sepertinya baru kali ini merasakan orgasme yang seperti ini. Ah, andi memang pintar memancing birahiku.
Aku mulai mengatur nafasku, orgasme yang kurasakan tadi benar-benar luar biasa. Selanjutnya Andi benar-benar menjadikan malam itu sebagai malam yang penuh dengan hasrat birahi. Semalaman tubuhku dijadikan pemuas nafsu seksualnya, tapi kurasakan nafsu seksualku juga terpuaskan. Berkali-kali kuucapkan kalimat-kalimat nakal itu yang membuat birahiku semakin meninggi dan orgasmeku semakin cepat datang.
Semalaman itu, entah sudah berapa kali aku orgasme. Mulai dari memekku hingga mulutku rata mendapatkan semprotan sperma dari Andi. Kemaluan pemuda itu memang benar-benar luar biasa, meskipun sudah berkali-kali orgasme, namun mampu bangkit lagi dengan cepat. Aku tak tahu apa dia benar-benar bernafsu terhadapku atau memang dia seorang maniak seks. Namun aku tak perduli, yang penting aku menikmati dan terpuaskan. Malah sepertinya aku ketagihan bersetubuh dengannya. Aku ketagihan kontol besarnya!!!